Program Layad Rawat Kota Bandung meraih penghargaan inovasi Indo HCF, program penghargaan kepada instansi dan individu atau kelompok yang bertujuan untuk meluncurkan program peningkatan kesehatan dan keselamatan, yang dikategorikan dalam kategori Sistem Penanggulangan Pasien Gawat Darurat (SPGDT).
Pada semester pertama tahun 2017, program keehatan di Kota Bandung telah dimulai dan berhasil melampaui harapan dalam hal peningkatan kinerja sistem penanggulangan pasien gawat darurat.
Apresiasi diberikan kepada pejabat pemerintah daerah yang telah menerapkan inovasi untuk memenuhi tujuan program SPGDT, kata Kepala Sub Bagian Tata Usaha UPT Pusat Pelayanan Keselamatan Terpadu Dinas Kesehatan Kota Bandung, di Bandung, Senin.
Penghargaan Inovasi INDOHCF merupakan program yang dirancang untuk memberikan pengakuan kepada individu dan organisasi yang telah menunjukkan keunggulan dalam memberikan layanan kesehatan.
Penghargaan Inovasi IndoHCF tahun ini akan berlangsung di Jakarta.
Tiba-tiba sebulan kemudian kami bertemu dengan pejabat di RSHS (Rumah Sakit Hasan Sadikin) yang merupakan penerima Indo HCF Inovation Award 2018.”
Ia menjelaskan, penilaian yang dilakukan meliputi kegiatan rutin-tidak rutin, inovatif, pemeliharaan dokumen, dan lain sebagainya. Selain layad rawat, program-program inovatif lainnya antara lain ambulans motor, ambulans patroli, sekolah Layanan Darurat Bandung (BES), pusat komunitas, dan pusat distrik.
SPGDT Kota Bandung berjalan baik, meski masih ada beberapa hal yang perlu dibenahi, kata pejabat itu.
Setelah peluncuran program rawad layad di Dinkes Kota Bandung, pusat informasi 119 menerima hingga 4.000 telepon dalam satu minggu.
Selain layanan kesehatan, sambungan telepon masuk juga dapat menyampaikan informasi mulai dari kecelakaan hingga kebakaran.
Bisa dikatakan sebelum Layad Rawat, call center 119 hanya menerima kurang lebih 300 panggilan telepon per bulan. “Saat ini timnya jauh lebih besar dari sebelumnya, bahkan sambungan kecelakaan lewat kebakaran pun sampai ke kami,” kata karyawan tersebut.
Menurutnya, SPGDT Kota Bandung lebih terkoordinasi. Hal ini dikarenakan komunikasi dan koordinasi yang solid di sisi organisasi Dinkes.
Pihaknya memasang 12 call center 119 di 12 rumah sakit pemerintah dan swasta, serta delapan call center di Puskesmas dalam fasilitas 24 jam dan tambahan call center di 12 gedung lainnya.
Di Kota Bandung ada 20 call center, sedangkan di Sini hanya ada satu. Penyebaran call center ini sangat memudahkan koordinasi, apalagi jika dipadukan dengan sistem komunikasi lain seperti WA group.